Kumpulan Peribahasa Indonesia Lengkap + Artinya yang Diawali dengan Huruf "S" - Bagian 6 dari 7
201. Seperti pinang dibelah dua.
Dua orang yang benar-benar mirip.
202. Seperti pinang pulang ke tampuknya.
Sudah cocok, berada pada tempatnya.
203. Seperti pinang sebatang.
Orang hidup sendiri, tidak bersanak saudara lagi.
204. Seperti pipit dengan burung enggang.
Pasangan yang tidak sepadan.
205. Seperti pipit hendak menelan gajah.
Perihal orang miskin yang selalu sombong dan selalu menghambur-hamburkan sedikit harta yang dimilikinya.
206. Seperti pipit makan jagung.
Kiasan kepada orang kecil yang hendak menyamai perilaku orang besar.
207. Seperti pucuk aru, ke mana angin yang keras, kesana condongnya.
Perihal orang yang tidak berpendirian dan selalu mencari sesuatu yang menguntungkan dirinya.
208. Seperti pungguk merindukan bulan.
Perihal seseorang yang mencintai orang yang tidak mencintainya.
209. Seperti rabuk dengan api.
Mendekatkan orang-orang yang saling bertentangan hanya akan menimbulkan masalah, seperti mendekatkan minyak dengan api.
210. Seperti raja dengan menteri.
Sependapat dalam berbagai hal.
211. Seperti rusa masuk kampung.
Perihal orang yang keheranan melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.
212. Seperti santan dalam tengguli.
Menjadi lebih baik dan indah.
213. Seperti sayur dengan rumput.
Sangat berbeda sama sekali; berlainan benar.
214. Seperti seludang menolak mayang.
Dikiaskan kepada seseorang yang selalu menyombongkan dirinya di depan semua orang.
215. Seperti sembunyi puyuh, kepala terusuk ekor kelihatan.
Perihal orang yang tidak bisa menyembunyikan rahasianya sendiri, sehingga dengan mudah orang bisa tahu.
216. Seperti sendok dengan periuk sentuh-menyentuh.
Dalam satu keluarga pasti ada perselisihan walau cuma sedikit.
217. Seperti si bisu bermimpi, terasa ada terkatakan tidak.
Perihal seseorang yang tak bisa mengeluarkan buah pikirannya.
218. Seperti si cebol hendak mencapai bulan.
Perbuatan yang tidak layak dan tidak mungkin dapat dicapai.
219. Seperti si kudung beroleh cincin.
Mendapatkan sesuatu yang tidak dapat dinikmatinya.
220. Seperti si buta baru melihat.
Orang yang baru mendapat kekayaan kemudian menjadi sombong.
221. Seperti sirih diikat dengan gagangnya.
Menikah dengan kaum dari keluarganya sendiri.
222. Seperti sirih pulang ke gagangnya.
Pasangan yang benar-benar serasi.
223. Seperti tanah pelempar balam.
Mencoba-coba melakukan sesuatu, kalau berhasil bersyukur, jika tidak berhasil tidak kecewa.
224. Seperti telur di ujung tanduk.
Keadaan yang sangat membahayakan.
225. Seperti terung masak serumpun.
Perihal keluarga yang berbahagia, semuanya menjadi orang yang berhasil, kaya dan berpangkat.
226. Seperti tikus jatuh ke beras.
Mendapatkan tempat yang membahagiakan dan menguntungkan.
227. Seperti ular dicubit ekor.
Sangat pemarah atau pergi dengan terburu-buru karena mendapat malu yang tak disangka-sangka.
228. Seperti kambing dengan harimau.
Perihal seseorang penakut yang tidak akan menjadi orang pemberani.
229. Seperti yu kia-kia, kepala yu, ekor pari.
Tidak berpendirian, selalu berubah-ubah.
230. Sepucuk tidak akan jadi sesukat, yang sejengkal tidak akan jadi sehasta.
Segala sesuatu telah ditentukan, tidak akan bertambah ataupun berkurang.
231. Sepuluh batang tertindih, yang di bawah juga yang terhimpit.
Perihal keramaian atau perhelatan, apabila timbul keributan, yang menanggung akibatnya adalah tuan rumah juga.
232. Sepuluh kapal datang, anjing masih bercawat ekor.
Meskipun banyak orang yang berilmu/pandai, tetapi kalau yang dididik tidak mau meniru dan tetap malas, tentu mereka tetap akan bodoh.
233. Serigala berbulu domba.
Orang yang kelihatannya baik dan penurut, padahal kejam dan berbahaya.
234. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.
Pikirkan dahulu masak-masak sebelum berbuat sesuatu.
235. Sesat di ujung jalan, balik ke pangkal jalan.
Apabila sudah tahu kalau perbuatan kita salah, sebaiknya segera kembali ke jalan yang benar.
236. Sesat surut, terlangkah kembali.
Bila kita bersalah, hendaklah mengakui dan segera minta maaf.
237. Setajam-tajamnya parang, lebih tajam mulut orang.
Lebih sakit karena perkataan orang daripada sakit karena senjata.
238. Setali tiga uang.
Tidak ada bedanya, sama saja.
239. Setinggi melanting, jatuhnya ke tanah juga.
Sejauh apa pun orang merantau, suatu saat pasti akan kembali ke kampung halamannya.
240. Setinggi-tinggi batu melambung, turunnya ke tanah juga.
Ke mana pun orang merantau, pasti akan kembali ke tempatnya semula.
No comments :