Labels

Peribahasa Indonesia Lengkap P (2)


Kumpulan Peribahasa Indonesia Lengkap + Artinya yang Diawali dengan Huruf "P" - Bagian 2 dari 2


41. Pendekar elak jauh.
Berhati-hati sebelum terjadi sesuatu.       

42. Penghulu disanjung dengan adatnya, orang alim disanjung dengan kajinya, orang muda disanjung dengan manjanya.
Untuk mengambil hati seseorang, hendaklah dengan mengemukakan hal-hal yang digemarinya.      

43. Pepat di luar, pancung di dalam.
Seseorang yang tampaknya baik lahirnya, tetapi hatinya jahat   

44. Perahu papan bermuat intan.
Perihal sesuatu yang tidak cocok, tidak pantas, dan tidak serasi.

45. Perahu takkan karam sebelah.
Orang bijak pasti akan berbuat adil dalam memutuskan suatu perkara. 

46. Perahu bertambatan, dagang bertepatan.
Perihal pekerjaan yang berjalan lancar.

47. Perang bermalaikat, sabung berjuara.
Manusia berusaha, Tuhan yang menentukan.

48. Pergi tempat bertanya, pulang tempat berberita.
Jika pergi hendaknya meminta nasihat dahulu, jika pulang hendaknya memberikan laporan.

49. Pergi tampak punggung, datang tampak muka.
Kita harus menjunjung sopan santun jika berkunjung ke tempat orang lain.

50. Peristiwa berdarah.
Kejadian yang telah melukai banyak orang, bahkan ada yang mati karenanya.

51. Periuk jadi perigi.
Perihal orang yang kedudukannya atau pangkatnya naik.

52. Permata dibalas dengan senjata.
Kebaikan dibalas dengan kejahatan.

53. Pesan tak berturuti, petaruh tak bertunggui.
Menyerahkan suatu urusan kepada seseorang yang benar-benar telah dipercayai.     

54. Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna.
Pikirlah dahulu masak-masak  sebelum berbuat sesuatu, agar tidak menyesal di kemudian hari.      

55. Pikir itu pelita hati.
Segala masalah akan dapat diselesaikan dengan baik apabila kita menggunakan akal dan pikiran.

56. Pinggan tak retak, nasi tak dingin.
Perihal mengutamakan kecermatan dalam melakukan segala hal.

57. Pinta beroleh, kehendak terkabul.
Yang diminta dan dikehendaki dikabulkan Tuhan.  

58. Pipit tuli makan di hujan, bila dihalau kain basah, tak dihalau padi habis.
Suatu pekerjaan yang serba sulit, dikerjakan atau tidak sama-sama rugi.       

59. Pisang ditanam tak berjantung.
Usaha yang tidak menguntungkan sama sekali.

60. Pisang tak berbuah dua kali.
Kesempatan atau keberuntungan biasanya hanya ditemui satu kali.

61. Pisau senjata tiada bisa, bisa lagi mulut manusia.
Dilukai dengan kata-kata pedas akan lebih sakit daripada ditikam parang/pisau.         

62. Potong hidung rusak muka.
Orang yang menebarkan aib keluarga dengan sendirinya ia akan ikut malu juga.       

63. Pucuk dicita ulam tiba.
Yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.   

64. Pucuk diremas dengan santan, urat direndam dengan tengguli, namun paria pahit juga.
Apabila kelakuan buruk sudah mendarah daging pada diri seseorang, bagaimanapun ia diajari, perangainya takkan berubah.

65. Pukat berlabuh, ikan tak dapat.
Perihal melakukan pekerjaan yang sia-sia.

66. Pukul anak, sindir menantu.
Perihal sindiran yang tidak ditujukan langsung kepada orang yang dimaksud.

67. Pulau sudah lenyap, daratan sudah tenggelam.
Sudah tak memiliki harapan lagi.

68. Punggung parang sekalipun, jikalau diasah niscaya tajam juga.
Sebodoh-bodohnya orang, jika selalu belajar lambat laun akan pandai juga.    

69. Punggur tumbang, belatuk menumpang mati.
Apabila seorang pemimpin jatuh, niscaya anak buahnya jatuh pula.

70. Pusat jala pumpunan ikan.
Menjadi tempat untuk menyelesaikan berbagai urusan.

71. Putih kapas boleh dilihat, putih hati berkeadaan.
Kesucian dan kebersihan hati seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata dan perilakunya.

72. Putih mengandung awan, hitam mengandung hujan.
Masih menaruh curiga pada orang yang telah melakukan kesalahan.

73. Putih tulang dikandung tanah, budi baik dikenang jua.
Budi baik seseorang takkan pernah dilupakan.     

74. Putus benang boleh disambung, putus arang bercerai lalu.
Berpisah dengan pasangan hidup dapat mencari gantinya, tetapi perpisahan dengan anak dan sanak saudara tidak bisa tergantikan.        

75. Putus tali putus keluan, putus keluan rampung hidung.
Perselisihan antar keluarga yang tidak dapat didamaikan.

76. Putus tali tempat bergantung, terban tanah tempat berpijak.
Kehilangan akal karena orang yang biasa menolong sudah meninggal atau tak ada lagi.


No comments :

Lihat Juga Kumpulan Peribahasa Berikut ini